Powered By Blogger

Saturday 1 June 2013

PERSEBARAN FAUNA DI INDONESIA

PERSEBARAN FAUNA DI INDONESIA

Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena berbagai hal :
1.  Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2.  Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3.  Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4.  Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental.

Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1.  Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2.  Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3.  Reptil (lebih dari 600 jenis)
4.  Burung (lebih dari 1.500 jenis)
5.  Amfibi (lebih dari 250 jenis)

Persebaran fauna di Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.

Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul. Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan fauna yang semula dapat dengan bebas bermigrasi pada era Pleistocene (zaman es) akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi geologis.

Keragaman jenis fauna di Indonesia telah diteliti olah Alfred Rusel Wallace, seorang evolusionis dan ahli biogeografi asal Inggris. Garis Wallace yang menyadari perbedaan fauna yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Wallace memperhatikan perbedaan pada flora dan fauna di Indonesia, dan berhasil menarik garis pada peta sedemikian serupa sehingga memisahkan kelompok kehidupan satu sama lain dan kemudian garis khayal tersebut diberi nama “Garis Wallace” atau garis Wallacean. Garis tersebut merupakan sebuah sempadan hipotetis yang memisahkan Indonesia bagian barat (wilayah geografi hewan Asia) dan dan Indonesia bagian timur (wilayah geografi hewan Australasia). Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521.

Garis Wallace lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Max Carl Wilhelm Weber, seorang ahli zoologi dan bigeografi asal Jerman. Garis Weber meliputi Teluk Aru sampai Kepulauan Maluku. Menurut Webber, Sulawesi merupakan daerah peralihan yang dihuni oleh hewan-hewan yang memiliki sifat peralihan, misalnya babi rusa, anoa, maleo, dan tarsius spectrum. Pada tahun 1919 bersama G.A.F. Molengraaff, Weber jugalah yang memberi nama Dangkalan Sunda bagi penyatuan dataran Asia dengan Indonesia bagian barat; dan Dangkalan Sahul bagi penyatuan dataran Australia dengan Indonesia bagian timur. Dengan demikian, persebaran fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis menurut garis “Wallace-Weber”, yaitu fauna Indonesia barat, fauna Indonesia tengah dan fauna Indonesia timur.

Fauna yang terdapat di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah Indonesia Tengah merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah fauna Indonesia Timur bertipe Australis.

No comments:

Post a Comment